PRODUKTIF DI USIA SENJA                                             

Oleh: Siti Kalimah.         

          Pada resum saya yang ke 2 ini, mengulas tentang menulis dengan Tema "WRITING IS MY PASSION" menitik beratkan pada "Produktif di Usia Senja". Di sampaikan oleh nara sumber hebat yang bergelar Ratu Antologi" versi Pegiat Literasi Nusantara khususnya di kelas belajar Menulis Nusantara Dr. Wijaya Kusumah, M. Pd beserta tim solidnya. Nara sumber itu bernama Ibu Sri Sugiastuti, M. Pd yang terkenal dengan sebutan "Bu Kanjeng".  Moderator pada pertemuan ke 2 gelombang 29 kali ini adalah bapak Sigit Purwo Nugroho, SH, alumni KBMN PGRI gelombang 23. 

            Tema "Produktif di Usia Senja" didasarkan pada pengalaman beliau ibu nara sumber yang usianya tidak muda lagi namun beliau memiliki semangat yang luar biasa ingin tetap aktif dan eksis di dunia literasi dengan terus menulis, menebar manfaat kepada orang lain. 

 

                Kegemarannya  terhadap dunia literasi berawal ketika masih duduk di bangku SMP memiliki buku - buku kumpulan puisi, kumpulan lirik lagu-lagu baik lagi Indonesia maupun lagu luar negeri, seperti lagunya kos plus, pambers, titles dan lain sebagainya, dan suka membaca majalah kuncung, majalah gadis dan memiliki hobby korespondensi. Hal ini terbawa sampai sekarang . Walaupun ia tidak muda lagi namun kecintaan terhadap dunia literasi tetap membara sehingga ia terus aktif dan eksis pada berbagai komunitas menulis seperti IDN, SPK, RVL, YPTD, KBMN dan masih banyak lagi baik sebagai nara sumber, motivator, penulis, dan bahkan beliau sebagai Founder PMA Literasi Istikamah. Ia  mempunyai branding "Writing is My Passion".
              Kecintaannya pada literasi tidak lepas dari kebiasaan yang ditanamkan oleh keluarganya yang memiliki budaya literasi. Sang ayah atau ibu terbiasa membaca surat kabar dengan suara keras mulai dari judulnya sampai pada rubrik - rubrik tertentu seperti rubrik kewanitaan, keagamaan, atau hot news (berita aktual). sedangkan anak-anaknya mendengarkan dan kadang diberi kesempatan umtuk membaca surat kabar tersebut. Kebiasaan keluarga seperti itu membentuknya memiliki hobby membaca dan menulis ketika ia sebagai mahasiswa. Ia pada mulanya menulis buku harian untuk mengekspresikan hobby menulisnya, memiliki sahabat pena yang banyak. Untuk menungkatkan pengetahuannya ia sering mengunjungi toko buku dan juga tempat persewaan buku dengan maksud meminjam dan menyewa buku tersebut untuk dibaca. Buku-buku yang dibaca berupa komik, novel,  masakan, ketrampilan, dan lain sebagainya.
                Seiring dengan waktu, ketika ia membentuk kemuarga sendiri dan berprofesi sebagai guru, ia sibuk dengan urusan anak, sekolah, keluarga, ia mulai terlena dengan suasana seperti ini sehingga kegiatan literasi nya menjadi terhenti. Namun tidak lama semangat literasinya tumbuh kembali. Pada usia 50 tahun beliau mulai menulis lagi dan berkarya serta aktif di berbagai komunitas literasi.  Ia menelurkan sebanyak 51 buku Solo dan 100 lebih buku antologi. Sungguh luar biasa    
                 Dalam perjalanannya, ia selalu mempelopori penulisan buku antologi dengan berbagai tema sehingga telah terbit segudang buku antologi. Oleh karena itu pantas apabila ia diberi gelar dengan "Ratu Antologi" yang siap menggandeng para peserta dan bapak/ibu guru lainnya yang ingin menulis secara keroyokan dengan tema tertentu sampai tulisannya terbit menjadi buku. Sungguh seorang mara sumber yang inspiratif.   
              Sebuah motto inspiratif  "BETTER LATE THAN NEVER" adalah memberikan semangat padanya karena ketika usianya sudah 50 tahun ia baru menekuni dunia kepenulisan. Selain itu semangat untuk menempuh kuliah S2 ketika itu juga memberi dampak motivasi karena ia berkecimpung di dunia internet  dan juga berjibaku dengan buku-buku untuk menyelesaikan tugas kuliahnya. Suatu ketika ia mengumpulkan file tulisan yang berserakan untuk diterbitkan menjadi buku. Akhirnya terbitlah nuku yang pertama berjudul: "The Stories Of Wonder Women" diterbitkan oleh media guru Indinesia. 
           Ketika ia berkomitment menjadi seorang penulis maka ia senantiasa mengikuti berbagai kegiatan  yang berkaitan dengan literasi baik berbayar maupun gratis untuk mewujudkan cita-citanya menebar literasi kepada orang lain. Dan pada akhirnya ia bergabung dengan PGRI dan IGI untuk mengadakan diklat literasi dan berkiprah sebagai nara sumber, motivator, maupun penulis handal.  
                   Beliau menulis buku - buku yang terbit di penerbit mayor seperti Airlangga, Andi offset, Granedia. Perjuangan dalam perjalanan menuju kesuksesannya sungguh luar biasa. Semangat dan konsistensi dalam menulispun luar biasa  yang ini belum bisa saya lakukan. Saya sering merasa tidak ada waktu untuk menulis atau sibuk dengan kegiatan lain sehingga kegiatan menulis terhenti. Mungkin saya harus menumbuhkan semangat dengan kata jitu dari bu Kanjeng yakni " Writing Is My Passion". Jika sudah memegang kata jitu itu dan menghujam dalam di hati maka akan tumbuh semangat yang luar biasa seperti yang bu Kanjeng katakan bahwa menulis itu adalah sebuah kebutuhan, bukan sebuah beban.  
                      Apa yang dilakukan bu Kanjeng sesuai dengan ajaran Islam yang memerintahkan pada umatnya untuk belajar sepanjang hayat. belajar dan mengajarkan ilmu melalui tulisan. Dalam hadis Nabi dikatakan bahwa: "Mencari ilmu dari buaian sampai  liang lahat / dari lahir sampai meninggal dunia". Itulah tugas manusia yang sebenarnya. Tidak ada kata terlambat untuk belajar menulis. Menulis adalah ibadah, menebarkan manfaat pada orang laim.  
                      Pengalaman bu Kanjeng memberikan saya sebuah komitmen untuk kembali menulis setelah menulis buku tahun 2021, saya terhenti selama dua tahun dan sangat lamban dalam berkarya. Sungguh menyenangkan bergabung dengan para master, penulis handal yang kaya pengalaman di group KBMN PGRI  Ingin mengikuti jejak bu Kanjeng  terutama semangat juangnya ... Bismillah  menulis dan menimba ilmu, semoga berhasil, Aamiin.  

      

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

CEK NAMAMU DI GURU PENGGERAK A10 DAN A11 2023